Langsung ke konten utama

Unggulan

Tujuan Setelah Lulus Sekolah

Jam pelajaran pertama hari itu sudah dimulai. Sang guru yang biasa kami sapa dengan sebutan ustad sudah tiba di kelas dan langsung menyampaikan materi. Pelajaran hari itu adalah Shorof, cabang dari ilmu bahasa Arab yang cukup penting. Pembelajaran berlangsung tenang dan datar. Namun, tampaknya ada hawa-hawa yang tidak beres. Atmosfer kelas pagi itu sepertinya tidak sehangat indahnya pagi di luar sana. Sebagian warga kelas mulai suntuk. Apalagi hari ini adalah hari menjelang weekend . Entah apa yang kami lakukan selama seminggu ini hingga membuat hari ini inginnya libur saja. Beberapa ada yang masih memperhatikan sang guru. Sebagian yang lain sibuk dengan pikirannya masing-masing. Namun, tidak sedikit juga yang mulai tumbang. Menyadari bahwa pelajaran tidak bisa dilanjut, sang guru akhirnya tersenyum dan bertanya tentang hal yang belum pernah kami bayangkan sebelumnya. "Kalian belajar untuk bekerja atau cari uang?" Tanya beliau antusias. Membuat kabut-kabut tak kasat mata yang...

The First Sun of August




Tidak terasa tahun 2021 berlalu begitu cepat. Di akhir pekan yang juga merupakan awal bulan ini matahari bersinar sangat terang. Senyum-senyum merekah. Banyak orang yang berharap, seperti awal bulan sebelumnya, semoga bulan ini menjadi lebih baik lagi. Corona segera menghilang tanpa bekas, dan tidak ada lagi berita duka yang datang silih berganti.

Tidak seperti bulan sebelumnya juga, aku sangat bersemangat untuk memposting artikel baru meski aku tidak tahu apa yang harus aku tulis. Minggu depan aku harus kembali bergelud dengan diri sendiri, berjuang menuntut ilmu di salah satu kota di timur Jawa Barat. Mungkin untuk beberapa bulan kedepan aku tidak bisa memposting satu artikel per bulannya.

Berbicara soal bulan Agustus, aku teringat salah satu orang yang lebih dicintai Allah ketimbang dia sendiri mencintainya. Allah lebih menyayanginya dibanding seluruh orang yang mengenalnya. Dan karena itu, ada banyak pertanyaan yang muncul satu per satu.

Apakah di dunia ini ada suatu benda mati atau hidup yang benar-benar milik kita? Adakah di dunia ini yang benar-benar mengatakan kalau barang ini, temuan ini, orang ini, adalah miliknya? Mungkin ada. Dia benar-benar memiliki barang itu seutuhnya. Sepenuhnya. Dia beli barang itu dengan uang hasil jerih payahnya. Tapi kemudian barang itu hilang. Dan dia sudah tidak bisa menemukannya lagi.

Ada orang pulang dengan wajah sumringah dan hati gembira karena baru saja memenangkan undian lotre. Tapi di tengah jalan orang itu bertemu dengan seorang nenek yang sakit-sakitan. Biaya rumah sakitnya setara dengan jumlah uang lotre yang dia punya. Apakah uang itu tetap menjadi miliknya?

Ada orang mengatakan kalau ini temuannya. Nama hasil ciptaannya itu menggunakan nama belakangnya. Tapi setelah waktu berlalu, dia meninggal. Saat dikuburkan, temuannya diambil alih oleh rekannya. Apa barang ciptaannya itu tetap menjadi miliknya?

Ada orang yang berseru kalau wanita disebelahnya adalah miliknya. Mereka berdua sudah saling mengikat janji suci sehidup semati. Siapapun yang ingin mengambilnya harus melangkahi kuburannya dulu. Tapi wanita miliknya harus terbaring kaku dan pergi mendahuluinya. Apa wanita itu tetap menjadi miliknya?

Lalu, kalau memang sesuatu itu bukan milik kita, kenapa kita harus sedih saat sesuatu itu hilang dari genggaman kita? Bukankah di bawah kita lebih membutuhkannya dari kita? Bukankah Allah Yang Maha Kuasa sudah memberitahu kalau segala sesuatu akan kembali pada-Nya? Kenapa harus menyayangkannya?

Jawabannya, karena manusia terkadang melewatkan kesempatan yang ada. Kesempatan untuk berbuat baik lebih banyak, kesempatan untuk mengetahui lebih luas, kesempatan untuk menyanyangi orang lebih tulus, dan yang selalu terlewatkan adalah kesempatan untuk beribadah lebih giat.

Dan semoga, di bulan Agustus ini semua kesempatan baik itu dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Apalagi, hari jadi negara ini sudah hampir di depan mata. Tahun ini, negara ini bisa merdeka dari corona!!~

Komentar

Postingan Populer