Teknologi makin kesini jadi makin kesana, ya? Hah? Gimana tuh, maksudnya?
Di era digitalisasi alias dunia yang jadi serba canggih ini, manusia diberi banyak kemudahan lewat penemuan-penemuan terbaru dan teknologi yang lebih mutahkir. Kita lagi enggak ngomongin robot-robot aneh yang tanpa disuruh dulu mereka gerak,
sih. Tapi dari yang paling simpel
aja. Kalau mau makan tapi malesnya enggak bisa ditolong, pesan makanan online menjadi solusinya. Pesannya tinggal melalui aplikasi yang bisa di unduh di ponsel masing-masing,
Gojek salah satunya. Tinggal pilih menu favorit,
klik, selesai. Pesanan akan sampai ke rumah. Para makhluk dari entitas kaum rebahan pasti setuju,
dong. Aku salah satunya.
Hari Minggu pagi yang cerah dan ceria, aku melakukan rutinitas harian seperti biasa. Menyapu, membuka jendela, menyiram tanaman, mencuci pakaian, dan minus belanja. Karena sejak kemarin, setiap bertanya kepada penghuni rumah tentang apa menu masakan yang ingin mereka nikmati besok (red: Hari Minggu) jawabannya selalu sederhana tapi memiliki penafsiran yang super rumit, "terserah."
Karena jawaban yang ambigu tersebut, aku memutuskan untuk melakukan apapun sesukaku, salah satunya tidak belanja. Itu menandakan juga kalau aku tidak perlu memasak.
Hari menjelang siang. Jam makan sudah di depan mata. Perut kami juga sudah mulai keroncongan. Siang hari dan perut kosong adalah kombinasi yang tepat untuk menyantap bakso dan mie ayam. Apalagi, momen makan siang bersama dengan anggota keluarga yang lengkap jarang terjadi dikarenakan ayah masih berada di kantor ketika hari biasa pada jam makan siang. Ayah langsung mengambil ponselnya dan membuka Gofood, salah satu layanan yang disediakan Gojek untuk pesan makanan online. Selain pesan makanan, kita juga bisa pesan ojek online lewat layanan Goride di aplikasi tersebut dan siap mengantarkan kita kemanapun kita mau. Praktis, 'kan?
 |
sumber gambar: gojek |
Setelah melalui perdebatan panjang dan scrolling tanpa ujung, akhirnya kami memutuskan untuk memesan satu posri mie ayam dan dua porsi mie bakso di salah satu rumah makan yang tersedia di aplikasi. Pesanan akan sampai dalam 20 menit.
Benar saja. Dua puluh menit kemudian pesanan kami tiba. Siang itu cukup terik. Aku sampai tidak bisa melihat wajah drivernya dengan jelas ketika mengambilnya. Yang aku tahu, aku sekarang bisa makan.
Setelah memberikan sejumlah uang sesuai aplikasi, aku membantu menyiapkan makanan di meja. Tapi ada yang kurang. Hanya ada dua porsi bakso. Kemana mie ayamnya?
Sempat panik beberapa saat, ayahku akhirnya menghubungi Driver tadi dan menanyakan pesanan kami yang kurang. Yang kubayangkan dari percakapan lewat telepon itu, mungkin Si Driver menepuk jidatnya karena lupa. Kedua porsi mie bakso beliau gantung di motor bagian depan, karena tidak cukup dan khawatir terjatuh dalam perjalanan, beliau menaruh mie ayam di dalam bagasi motor. Beliau langsung putar arah dan sampai di depan rumah. Kami pun menjadi lega dan mulai menyantap makan siang dengan senang.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, aplikasi Gojek juga memudahkan kita untuk berpergian dengan aman dengan pesan ojek online menggunakan layanan Goride atau Gocar.
Sekolahku yang berada di luar kota mengharuskan para siswanya agar tiba di sekolah sebelum pukul 5 sore setelah liburan panjang di kampung halaman masing-masing. Itu berarti aku harus berangkat pagi-pagi agar tiba di sana tepat waktu. Kupikir, tidak ada driver yang bersedia mengantar pukul 5 seperti saat itu. Namun ternyata pikiranku itu salah. Aku mendapatkan driver yang ramah dan sampai di terminal dengan selamat.
Selain dua pengalaman berkesan yang sudah kutulis tadi, masih ada pengalamn unik lainnya yang tidak kuingat dengan jelas agar bisa ditulis kembali. Mungkin akan kutulis di lain kesempatan. Bagaimana pun, kemudahan-kemudahan itu tidak boleh menjadikan kita pribadi yang malas (aku contohnya, hehe). Namun harus menjadikan kita semakin produktif karena waktu kita bisa lebih efisien dan efektif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut dengan bijak.
Bagaimana dengan ceritamu?
Komentar
Posting Komentar